Sebuah nama yang diberikan dari orang tua kepada
anak yang dicintainya mengandung berjuta khasiat bagi anaknya dalam membangun
kepribadian. Nama adalah doa serta harapan baik yang disematkan oleh orang tua
kepada anaknya. Dimana doa dan harapan tersebut menjadi tumpahan kebaikan dari
orang tua kepada anaknya.
Ketika Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
tiba di Kota Madinah, kota Madinah masih bernama Yatsrib. Beliau menggantinya
dengan nama Thoibah atau Madinah. Keduanya menunjukkan makna nama yang baik. Nama yang
baik itu sendiri pada dasarnya menjadi sumber pengharapan yang baik. Karena
itu, sudah seharusnya kedua orang tua memilih nama yang baik, hingga menjadi
penginspirasi kebaikan bagi anak.
Dua
hal yang harus menjadi pertimbangan dalam memberikan nama yang baik kepada
anaknya:
a.
Sisi positif nama baik.
Abdurrahman Ibn Auf berkata:
“Dahulu namaku Abdu Amr (artinya budak Amr). Ketika
memeluk Islam Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menamaiku
Abdurrahman (artinya hamba Allah Yang Maha Pengasih)
Diriwayatkan bahwa Abdurrahman menjual tanahnya.
Hasilnya dibagikan kepada orang fakir dari bani Zahroh, Muhajirin dan Ummul Mukminin (istri-istri
Nabi). Al-Musawar berkata:
'Aku
mendatangi Aisyah untuk menyerahkan pemberian itu.'
Aisyah
-radiallahu'anha- bertanya:
'Siapa
yang mengirimkan ini?'
'Abdurrahman
Ibn Auf.' Jawabku.
Aisyah
-radiallahu'anha- berkata:
'Aku
mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
((لا يحنو عليكنَّ بعدي إلا الصابرون))
‘Tidaklah berempati kepada kalian setelahku selain Sôbirun (para penyabar).’”
Nama Abdurrahman diserap dari kata [ar-rahman] yang
diambil dari sifat kasih. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mendapati
pada diri lelaki ini sifat kasih dan sayang sehingga beliau menamainya
Abdurrahman.
b.
Sisi yang sejalan dengan nama yang tidak baik.
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Musayyib dari ayahnya, bahwa ayahnya
datang kepada Nabi -shalallahu alaihi wasallam-. Nabi menanyakan
namanya:
“Siapa
namamu?”
“Huzn
(=sedih).” Jawabnya.
“Engkau
Sahl (=mudah).” Timpal Nabi.
“Aku
tak dapat merubah nama yang telah diberikan oleh ayahku.” Tolaknya.
Ibnu al-Musayyib berkata:
'Kesedihan
itu senantiasa merundung kami setelahnya.”
Ad-Dawudi berkata:
"Maksud
Sa’id Ibn Musayyib adalah kesedihan akan sulitnya merubah tabiat akhlak mereka.
Dalam hal ini Sa'id membawakannya kepada hal yang memicu kemurkaan Allah."
Yang lain berkata:
"Ibn
Musayyib mengisyaratkan akan kejumudan yang masih tersisa pada akhlak
mereka."
Memberikan nama yang baik akan menjadikan keturunan
kita baik, karena ia mempengaruhi kepribadian anak seperti yang kita dapati pada
contoh di atas.
Sumber: Buku Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar