Keterampilan
berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Di dalam
berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan.
Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa
lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan
mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca
si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan
orang lain.
Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim pesan harus
memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus
memiliki keterampilan dalam melakukan proses decoding.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang
keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa
yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa,
pengacara, guru, dan wartawan.
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
a.
Mendengarkan
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang
bersifat reseptif. Dengan demikian, mendengarkan di sini berarti bukan sekadar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa
pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses
yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya
proses pemerolehan keterampilan mendengarkan tersebut.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi
mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan
percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis
ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh
karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan,
meminta lawan bicara mengulah apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, dan lain-lain.
Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan,
dan tidak bisa pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang
terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar
harus:
1.
Menyimpan/mengingat apa yang didengar menggunakan daya ingat pendek (short-term memory);
2.
Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada,warna suara dan intonasi;
3.
Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
4.
Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan
lain-lain
2.
Berbicara
Kemudian, sehubungan dengan keterampilan berbicara secara
garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif,
dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan
secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan jugamemungkinkan kita meminta
klarifikasi,pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo
bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang
semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam
situasi ini, audiens memang tidak
dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat
reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi
berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya
berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki
dalam berbicara, dimana pembicara harus dapat:
1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya;
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat
sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
3. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan
ide-ide utama;
3.
Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis.
Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan memdengarkan dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses
membaca yang harus dimiliki pembicra adalah:
1.
Mengenal kosakata;
2.
Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan utama;
3.
Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
4.
Menetukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat,
dan objek;
4.
Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan
tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit
di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan
dalam menulis, di mana penulis perlu untuk:
1.
Memilih kata yang tepat;
2.
Mengurutkan kata-kata dengan benar;
3.
Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
4. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh
ide-ide atau informasi tambahan.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar