Asik

Selasa, 20 Juli 2021

ANALISIS PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DARI HASIL KOORDINAT PERAN DAN MATRIKS KOLABORASI PEMANGKU KEPENTINGAN ATAS VIDEO UPAYA KOLABORASI MEMBANGUN KEMBALI JEMBATAN AMBRUK DI TUBAN

 BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.        Latar Belakang

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa. Jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang penting sekali bagi penyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial, perniagaan, kebudayaan, pertahanan. Peranan jembatan yang sangat penting dalam menopang sistem transportasi darat yang ada, maka jembatan harus kita buat cukup kuat dan tahan, tidak mudah rusak. Kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas jalan, terlebih-lebih di jalan yang lalu lintasnya padat seperti di jalan utama, di kota, dan di daerah ramai lainnya. Maka perlu adanya konstruksi pembangunan jembatan yang baru jika terjadi kerusakan atau kehancuran.

Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pengadaan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.

Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas angkutan darat yang sangat penting artinya bagi pembangunan sebagai perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan dan jasa perdagangan dan pergerakan dari manusianya sendiri juga sebagai sarana yang menghubungkan dengan daerah lain yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, sistem jaringan jalan dan jembatan yang merupakan hal yang utama untuk dijaga kemampuan daya layannya. Jembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam system jaringan transportasi darat yang akan menunjang lancarnya roda perekonomian di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi perlu diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan Jalan dan Jembatan dapat mencapai sasaran umur jembatan yang direncanakan. Pembangunan ataupun rehabilitasi jalan dan jembatan sangatlah penting artinya, mengingat letak geografis tempat itu sendiri hanya bisa dihubungkan dengan tempat lainnya melalui keberadaan jalan dan jembatan sebagai salah satu sarana penunjang yang sangat pital untuk perputaran ekonomi dan sebagai alur lalu lintas transportasi darat.

Untuk dapat memenuhi tolak ukur seperti tersebut di atas, yang disyaratkan oleh pemilik proyek atau pemberi tugas atau yang sering disebut pengguna jasa, maka sebagai pengelola proyek harus memahami kegiatan bidang utama manajemen proyek dan melaksanakan serta menerapkan unsur-unsur manajemen sesuai dengan kemanpuan dan kebutuhan dalam melaksanakan proyek, dimana unsur-unsur manajemen yang harus diterapkan, yaitu: (1) Perencanaan (Plan), (2) Pelaksanaan (Do), (3) Kontrol (Check) dan (4) Tindakan (Action).

Perencanaan metode pelaksanaan merupakan salah satu bagian dari perencanaan yang disebutkan diatas. Untuk sebagai pengelola proyek harus memahami tentang perencanaan metode pelaksanaan proyek konstruksi, salah satunya adalah proyek jembatan.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang Jembatan tersebut pada saat ini merupakan pilihan yang tepat mengingat akan kebutuhan pembangunan jembatan yang komprehensif, sangat mendesak agar dapat menghubungkan bagian-bagian daerah. Mengingat kondisi tersebut menunjukan bahwa kebijaksanaan pembangunan jembatan antar daerah harus lebih diprioritaskan untuk mempercepat program pembangunan Nasional dalam rangka pengentasan kemiskinan yang salah satu permasalahannya terletak pada sarana dan prasarana termasuk di dalamnya jalan dan jembatan. Para pemerhati jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan, Akademis, Perencana, Pengawas, Pelaksana, Pabrikasi, dan Supplier turut terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang efektif dan efisien. Sehingga sistem jaringan jalan dan jembatan yang mantap sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan teknologi dapat dicapai. Memperhatikan kondisi saat ini dan tantangan pembangunan dan rehabilitasi jembatan maka perlu kiranya semua pihak ikut menyikapi dan menindak lanjuti guna perbaikan ataupun rehabilitasi juga pembangunan jembatan baru demi tercapainya perputaran roda ekonomi yang kita semua inginkan.

 

1.2.        Rumusan Masalah

Merujuk pada pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana solusi untuk menyelesaikan masalah ambruknya jembatan Cincin Lama di Tuban?

2.      Bagaimana upaya pihak-pihak yang berwenang dalam upaya pembangunan kembali jembatan Cincin Lama di Tuban yang ambruk?

 

1.3.        Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:

1.      Mengetahui solusi untuk menyelesaikan masalah ambruknya jembatan Cincin Lama di Tuban.

2.      Mengetahui upaya pihak-pihak yang berwenang dalam upaya pembangunan kembali jembatan Cincin Lama di Tuban yang ambruk.


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.    Analisis Pemangku Kepentingan

Analisis pemangku kepentingan adalah proses menilai suatu sistem dan potensi perubahannya karena terkait dengan pihak yang relevan dan berkepentingan (pemangku kepentingan). Analisis pemangku kepentingan dari suatu masalah terdiri dari menimbang dan menyeimbangkan semua tuntutan bersaing pada perusahaan oleh masing-masing dari mereka yang memiliki klaim di atasnya, untuk sampai pada kewajiban perusahaan dalam kasus tertentu. Analisis pemangku kepentingan tidak menghalangi kepentingan pemangku kepentingan yang mengesampingkan kepentingan pemangku kepentingan lain yang terkena dampak, tetapi memastikan bahwa semua yang terkena dampak akan dipertimbangkan.

Analisis pemangku kepentingan sering digunakan selama fase persiapan proyek untuk menilai sikap pemangku kepentingan mengenai potensi perubahan. Analisis pemangku kepentingan dapat dilakukan sekali atau secara teratur untuk melacak perubahan sikap pemangku kepentingan dari waktu ke waktu.

Jenis pemangku kepentingan meliputi:

1.         Pemangku kepentingan utama : mereka yang paling terpengaruh, baik secara positif maupun negatif oleh tindakan organisasi

2.         Pemangku kepentingan sekunder : "perantara," yaitu, orang atau organisasi yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh tindakan organisasi

3.         Pemangku kepentingan tersier : mereka yang paling sedikit terkena dampak

Beberapa metode yang paling dikenal dan paling umum digunakan untuk pemetaan pemangku kepentingan:

1.         Cameron dkk. mendefinisikan proses untuk memeringkat pemangku kepentingan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan relatif pemangku kepentingan terhadap pihak lain dalam jaringan.

2.         Fletcher dkk. mendefinisikan proses pemetaan harapan pemangku kepentingan berdasarkan hierarki nilai dan indikator kinerja utama .

3.         Mitchell dkk. mengusulkan klasifikasi pemangku kepentingan berdasarkan kekuatan untuk mempengaruhi, legitimasi hubungan masing-masing pemangku kepentingan dengan organisasi, dan urgensi klaim pemangku kepentingan terhadap organisasi. Hasil klasifikasi ini dapat menilai pertanyaan mendasar "kelompok mana yang merupakan pemangku kepentingan yang layak atau membutuhkan perhatian manajer, dan mana yang tidak?" Ini adalah arti-penting - "sejauh mana manajer memberikan prioritas pada klaim pemangku kepentingan yang bersaing."  

4.         Savage dkk. menawarkan cara untuk mengklasifikasikan pemangku kepentingan menurut potensi ancaman dan potensi kerjasama.  

5.         Turner dkk. telah mengembangkan proses identifikasi, penilaian kesadaran, dukungan, dan pengaruh, yang mengarah pada strategi untuk berkomunikasi dan menilai kepuasan pemangku kepentingan, dan menentukan siapa yang sadar atau tidak tahu dan apakah sikap mereka mendukung atau menentang.

Dengan demikian, pemangku kepentingan (stakeholderss) adalah kelompok individu/lembaga yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi dalam pencapaian tujuan perencanaan dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah dan swasta sesuai dengan kepentingannya.

 

2.2.    Hasil Analisis

Pemangku kepentingan dikelompokkan menjadi pemain kunci, context setters, subjects dan crowd. Pemain kunci memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Context setters pengaruh yang tinggi tapi kepentingannya rendah. Subjects memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya rendah, sedangkan crowd adalah pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah.

Menyusun matrik Kepentingan dan Kekuatan/Sumberdaya, berikut analisis matriks kepentingan dan pengaruhnya.

        Koordinat Peran

No

Stake

Holders

Pengaruh (Power)

Kepentingan (Interest)

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

Kementerian Perhubungan

 

 

 

v

 

 

 

 

v

 

2

Kementrian PUPR

 

 

 

v

 

 

 

 

v

 

3

Pemerintah Daerah

Tuban

 

 

 

v

 

 

 

 

v

 

4

Dinas Perhubungan

 

 

 

 

v

 

 

 

 

V

5

Dinas Tata Ruang

 

 

 

 

v

 

 

 

 

V

6

Kontraktor

 

 

v

 

 

 

 

v

 

 

7

Warga

sekitar/LSM

 

V

 

 

 

 

v

 

 

 

            Ket: 1. Sangat tidak 2. Tidak 3. Kurang 4. Cukup 5. sangat

 

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat kita simpulkan bahwa kementerian PUPR dan kementerian Perhubungan menjadi pemain kunci dalam pembuatan jembatan tersebut.  Dinas Tata Ruang, Dinas Perhubungan dan Pemerintah Daerah menjadi context setters. kontraktor berperan menjadi subjek dalam pembangunan tersebut. Sedangkan warga menjadi berada dalam posisi crowd.

 

 

 

 

 

 

Subyek (Subjects)

Pemain Kunci (Key Players)

Kontraktor

Kementerian Perhubungan

Kementrian PUPR

Pengikut Lain (Crowd)

Pendukung (Contest Setter)

Warga sekitar/LSM

Pemerintah Daerah Tuban, Dinas Tata Ruang

Dinas Perhubungan

Pemetaan Pemangku Kepentingan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a.         Derajat kepentingan

1)        Tinggi: memiliki harapan, aspirasi dan manfaat potensial yang tinggi dalam proses pembangunan jembatan

2)        Sedang: memiliki harapan dan aspirasi tetapi tidak menerima manfaat potensial secara langsung dalam proses pembangunan jembatan

3)        Rendah: Tidak memiliki harapan, aspirasi dan manfaat potensial dalam proses pembangunan jembatan

b.         Derajat pengaruh

1)        Tinggi: memiliki kewenangan penuh dalam membuat kebijakan, memfasilitasi implementasi kebijakan dan memengaruhi pihak lain dalam membuat kebijakan.

2)        Sedang: memiliki kewenangan yang terbatas dalam membuat kebijakan, memfasilitasi implementasi kebijakan dan memengaruhi pihak lain dalam membuat kebijakan.

3)        Rendah: tidak memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan, memfasilitasi implementasi kebijakan dan memengaruhi pihak lain dalam membuat kebijakan.

 

 

 

2.3.    Kolaborasi Pemangku Kepentingan

STAKEHOLDERS

PERAN

HAMBATAN

UPAYA

INTEGRASI

DINAS TATA RUANG

Melakukan Perbaikan jembatan

Membuat kerangka jembatan yang tidak matang

Berkolaborasi dengan desain graphis untuk pembuatan kerangka jembatan

Bekerjasama dengan pihak lain untuk pembuatan kerangka jambatan

DINAS PERHUBUNGAN

Mengidentifikasi kondisi jembatan untuk meminimalisasi dampak kemacetan lalu lintas

Adanya oknum petugas yang tidak disiplin

Melakukan pemeriksaan terhadap truk yang akan lewat dengan menggunakan jembatan timbang

Membuat tempat/ pos di sekitar jembatan untuk memeriksa jumlah muatan truk

KONTRAKTOR

Pelaksana pembuatan jembatan

Melakukan kecurangan, menghemat biaya tapi mengurangi standar kualitas

Menetapkan standar pembangunan

Diskusi dengan pihak pemerintah dan menyepakati anggaran yang sesuai

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Pihak yang Membuat Regulasi perbaikan jembatan

Adanya regulasi yang kurang pas dalam penyeleksian kendaraan bermuatan

Membuat aturan kriteria kendaraan yang bisa melewati jembatan

Membuat dan mengesahkan batasan  tonase muatan yang akan melewati jembatan

KEMENTERIAN PUPR

Pihak yang menyetujui pembuatan jembatan

Terdapat kebijakan dan aturan yang tidak sesuai dengan rencana pembangunan

Berkoordinasi dengan kementerian yang terlibat membuat aturan dan kebijakan yang pro rakyat

Mengesahkan pembuatan dan pembangunan jembatan, memantau pelaksanaan proyek

PEMDA TUBAN

Pihak yang mempunyai wilayah tempat

Adanya oknum Pemda yang bekerja tidak sesuai aturan

Menempatkan SDM yang jujur dan bertanggung jawab

Melakukan kolaborasi dengan pihak lain yang terkait

WARGA SEKITAR

Pihak pengawas dan pengguna fasilitas jembatan

Kurangnya rasa tanggung jawab dan pemeliharaan  fasilitas umum

Memelihara fasilitas jembatan dan mengingatkan satu sama lain

Menjaga dan memelihara fasilitas umum

 

BAB III
KESIMPULAN

 

Jembatan adalah istilah umum untuk konstruksi yang dibangun sebagai jalur transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa, jurang maupun rintangan lainnya. Jembatan adalah peralatan tertua sebab dulu manusia telah membuat jembatan dari balok kayu besar dan kuat untuk menyebrangi sungai kecil. Kebutuhan jembatan bagi Indonesia adalah hal yang utama.  Keutamaannya dilihat dari geografis Indonesia yang menjadi Negara kepulauan dan mempunyai banyak sungai sehingga kebutuhan akan jembatan yang fungsi utamanya adalah untuk menghubungkan dua wilayah yang terpisah oleh sungai dan laut dapat terpenuhi.

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperlancar antar daerah baik itu melalui darat adalah dengan membangun jembatan dan memperbaiki jembatan yang rusak sehingga dapat menampung arus lalu lintas. Dengan perkembangan teknologi, maka fungsi jembatan dapat lebih meningkat dalam hal ini untuk membuat aspek perencanaan, peralatan dan material bisa lebih baik agar fungsi hadirnya jembatan dapat membuat masyarakat lebih nyaman dalam beraktivitas daerah yang terpisah.

Jembatan Tuban merupakan jalur penghubung antara wilayah Tuban dan Lamongan. Jembatan Tuban ambruk secara tiba-tiba dan langsung putus sepanjang 100 meter pada sisi baratnya ketika dilintasi oleh 3 truk dan satu motor pada pukul 11.00 WIB.

Beberapa faktor yang menyebabkan jembatan Tuban ambruk diantaranya:

a.         Membuat kerangka jembatan yang tidak matang

b.         Adanya oknum atau petugas perhubungan yang tidak disiplin dalam mengatur laju kendaraan yang akan melintas dan kurangnya pemeriksaan kendaraan bermuatan seperti tonase truck yang melebihi batas atau kelebihan beban yang melampaui kapasitas

c.         Kontraktor melakukan kecurangan, menghemat biaya dan akhirnya mengurangi standar kualitas dan mutu

d.         Adanya regulasi yang tidak sesuai dalam penyeleksian kendaraan bermuatan

e.         Adanya regulasi yang tidak sesuai dengan rencana pembangunan

f.          Kurangnya pemeliharaan dan perawatan, pentingnya pengamatan secara periodic sehingga bisa mengetahui penurunan/pergeseran jembatan walau hanya 1 cm.

Adapun solusi yang dapat dilakukan dari masalah ambruknya jembatan di Tuban yaitu :

a.         Bekerjasama dengan pihak lain untuk pembuatan kerangka jembatan yaitu seorang desain graphis

b.         Membuat tempat/ pos di sekitar jembatan untuk memeriksa jumlah muatan truk

c.         Membuat dan mengesahkan batasan  tonase muatan yang akan melewati jembatan

d.         Mengesahkan pembuatan dan pembangunan jembatan dan memantau pelaksanaan proyek

e.         Menjaga dan memelihara fasilitas umum dengan baik.


 

Sumber:

-           I Ketut Nudja. Perencanaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan Yeh Panahan Di Kabupaten Tabanan. Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

-           http://e-journal.uajy.ac.id/1516/3/2TS12436.pdf. (Diakses 15 Juli 2021)

-           Nurfatriani, Fitri, dkk.. 2015. “Analisis Pemangku Kepentingan Dalam Transformasi Kebijakan Fiskal Hijau” https://media.neliti.com/media/publications/94118-ID-analisis-pemangku-kepentingan-dalam-tran.pdf. diakses tanggal 15 Juli 2021 pukul 17.25..

-           Ijon. 2021. “Analisis Pemangku Kepentingan,” https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Stakeholder_analysis&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search. Diakses tanggal 15 Juli 2021 Pukul 18.00

Tidak ada komentar: