Seorang anak perempuan yang tengah mengambil
air di tepian sungai pinggir kota itu tersentak kaget, sealigus diliputi
kekhawatiran yang luar biasa. Pasalnya, tidak jauh dari hadapannya muncul tiga
orang lelaki tampan yang menanyakan Nabi Luth. Anak perempuan yang tidak lain
adalah anak Nabi Luth itu sangat khawatir karena tamu ayahnya pasti menjadi
bulan-bulanan masyarakat yang sangat tergila-gila kepada kaum sejenis. Untuk
sejenak kedua tamu itu disuruh menunggu di berbatasan kota, sementara anak
perempuan itu tergopoh-gopoh memanggil ayahnya agar menemui dan menjemput
tamu-tamunya itu. Sambil berjalan menuju rumah, hati Nabi Luth terus-menerus
diliputi kekhawatiran, sudah terbayang bagaimana buasnya masyarakat di sana.
Dugaan Nabi Luth tidak meleset, ternyata
kaum lelaki berdatangan dengan meminta agar tamu-tamunya yang tampan itu
diserahkan kepada mereka. Berita kedatangan tamu ganteng itu cepat tersebar,
karena Wa’ilah isteri Nabi Luth telah lebih dahulu menginformasikan kepada masyarakat.
Lantas Nabi Luth berkata: “Luth berkata:
“Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu
(kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku
terhina”. (Q.S. Al-Hijr: 68-69)
Nabi Luth baru merasa tenang ketika
tamu-tamunya menjelaskan bahwa mereka bukanlah manusia biasa tetapi malaikat
yang hendak menimpakan adzab kepada kaum yang durhaka. Nabi Luth dan
keluarganya yang beriman disuruh keluar rumah pada malam hari itu juga, karena
adzab segera datang. Tidak lama setelah itu, turunlah adzab Allah yang sangat
dahsyat meluluh lantaan kaum Nabi Luth. Allah berfirman: “Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang
di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah
yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan
itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (Q.S. Hud: 82-83)
Itulah peristiwa yang terjadi ribuan tahun
yang lalu disebuah daerah bernama Shadum (Sodom), sebuah kota di kawasan Laut
Mati Yordania. Kota tersebut kemudian sering dijadikan sebutan bagi orang yang
melakukan hubungan sesama jenis SODOMI. Peristiwa itu semestinya menjadi
pelajaran bagi setiap manusia agar tidak mengulangi kehancuran masa lalu.
Firman Allah: “Dan Kami tinggalkan pada
negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Q.S.
Adz-Dzariat: 37)
Sekarang ini berita-berita sodomi membanjiri
media-media massa, baik cetak, elektronik, atau audiovisual. Berita sodomi
tidak pernah berkurang. Bahkan kemunculan satu kasus sodomi selalu diikuti
kemunculannya di daerah yang berbeda, bertumpuk bagaikan gunung es. Malah
kelompok homosek dan lesbian sudah tidak malu-malu lagi menampakkan diri di
masyarakat. Ini gambaran yang menghawatirkan bangsa kita.
Keadaan seperti ini jauh-jauh hari pernah
dikhawatirkan oleh Rasulullah: “Sesungguhnya
yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth” (HR.
Ibnu Majah). Pelakunya akan jauh dari rahmat dan barokah Allah, sebagaimana ditegaskan
beliau: “Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang menyetubuhi laki-laki
atau menyetubuhi wanita (isteri) pada duburnya” (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i).
Hadits ini juga berlaku sebaliknya bagi kaum lesbi.
Kondisi ini harus menjadi perhatian kita
semua, jangan sampai perilaku ini menyebar dan membuat petaka pada lingkungan
yang lebih luas lagi. Setiap pribadi menyadari akan bahaya perilaku ini,
dilanjutkan dengan perhatian keluarga, masyarakat hingga negara. Semuanya
diarahkan untuk kembali ke jalan yang lurus sesuai qadrat kemanusiaan yang
telah ditetapkan Allah SWT.
Kepada para pelaku, jika bertaubat dengan
sebenar-benarnya (taubat nasuha) dan beramal shaleh kemuadian mengganti
kejelekan-kejelekan dengan kebaikan, membersihkan berbagai dosanya dengan
berbagai ketaatan dan taqarrub kepada Allah, menjaga pandangan dan kemaluannya
dari hal-hal yang haram, dan tulus dalam amal ibadahnya, maka dosanya diampuni
dan termasuk ahli surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar