Asik

Minggu, 28 Juni 2015

Berkenalan dengan Metamaterial

“Apakah kamu pernah dengar tentang metamaterial?”

Itu adalah pertanyaan profesor pembimbing saya pada hari pertama ketika sayamenginjakkan kaki di Tohoku university beberapa tahun silam.

“Saya belum pernah dengar, apakah ada hubungannya dengan metafisika?” Jawabsaya waktu itu.

Professor saya tertawa mendengar jawaban saya. Dengan tersenyum dia menjawab,“Metafisika itu mistik, walaupun ada fisika, tapi tidak ilmiah.”

Beberapa waktu kemudian, saya mulai mendalami metamaterial. Di artikel ini sayaakan jelaskan secara singkat tentangnya.

Sejarah
Semua berawal dari sebuah paper (artikel ilmiah) yang ditulis ilmuwan asal Rusiabernama Victor Veselago pada tahun 1968. Dalam tulisannya Veselago secara teoretikmenjelaskan sebuah konsep, “Apa yang terjadi jika kita mempunyai sebuah materialyang mempunyai indeks bias yang bernilai negatif?” Secara teori, nilai negatif indeksbias bisa didapat jika kita mempunyai material dengan konstanta dielektrik (konstantayang mengukur derajat polarisasi muatan listrik bila sebuah material dimasukkanmedan listrik) dan permeabilitas magnetik (konstanta yang mengukur derajatmagnetisasi sebuah benda bila di celupkan di medan magnet) yang secara bersamaanbernilai negatif. Banyak spekulasi yang disampaikan Veselago di tulisan tersebut yangbertentangan dengan konsep-konsep dasar fisika. Beberapa ilmuwan menganggaptulisan Veselago hanya isapan jempol, secara teori mungkin bisa diterima, tapi apakahmaterial tersebut benar tersedia di alam.

Orang-orang pun melupakan artikel ilmiah Veselago tersebut. Tetapi 30 tahun setelahVeselago, pada 1998, seorang fisikawan teori asal Inggris bernama John Pendrymenawarkan sebuah konsep material yang mempunyai indeks bias negatif dengandan struktur split ring untuk membuat metamaterial. Penggunaan kawat logam adalahuntuk membuat konstanta dielektriknya menjadi negatif sedangkan split ringresonator untuk membuat permeabilitas yang bernilai negatif.

Di tahun 2000, David Smith dari University of California, San Diego, untuk pertamakalinya berhasil melakukan eksperimen membuat metamaterial berdasarkan teoriyang diajukan oleh Pendry. Metamaterial ini bekerja di zona gelombang mikro, yaitugelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berkisar antara 1 metersampai 1 milimeter.

Saat ini, sudah 11 tahun sejak ekperimen pertama tentang metamaterial, beberapastruktur pun ditawarkan untuk mendapatkan sifat yang menarik di cahaya tampak.Teori dasarPerambatan gelombang elektromagnetik bisa dijelaskan dari hukum Maxwell. Pembiasanpada metamaterial berlawanan dengan arah pembiasan pada material biasa.


Aplikasi Metamaterial.
1. Perfect lens (lensa sempurna)
Jika kita punya lapisan tipis yang mempunyai indeks bias negatif, melalui sifat pembiasannya, penjalaran gelombang dari sumber sampai membentuk bayangan bisa diterangkan melalui gambar berikut.


Pemfokusan sinar dengan menggunakan konsep ini mempunyai keunggulan dibanding pemfokusan dengan menggunakan lensa-lensa konvensional (lensa biasa). Lensa konvensional mempunyai keterbatasan yaitu tidak bisa memfokuskan melebihi 0.6λ, di mana λ adalah panjang gelombang cahaya yang melalui lensa. Keterbatasan resolusi ini dikenal sebagai Rayleigh limit. Dengan menggunakan metamaterial kita bisa memfokuskan lebih detail tanpa batasan tersebut. Sebagai ilustrasi, perekaman data di DVD biasa menggunakan laser hanya sanggup menyimpan 1 film (sekitar 4 GB). Jika kita menggunakan perfect lens, kita bisa menyimpan sampai 1000 film dalam 1 DVD.

2. Jubah Harry Potter (invisible cloaking)
Dalam film Harry Potter, kita bisa melihat Harry bisa menghilang ketika menggunakan sebuah jubah yang diberikan Dumbledore. Jubah itu sebenarnya kepunyaan ayah Harry. Bukan asal-usul jubah itu yang akan dibahas, tapi dari sudut pandang fisika apakah mungkin kita bisa membuat jubah yang membuat orang bisa tampak menghilang?

Jawabannya, “IYA!”, jika kita bisa melokalisasi resonansi medan listrik dan magnetik dengan menggunakan metamaterial. Eksperimen ini sudah dilakukan dengangelombang mikro pada tahun 2006. Saat ini ilmuwan sedang menyiapkan desain untuk invisible cloaking di rentang cahaya tampak.


Nah, kita sudah melihat sedikit aplikasi metamaterial. Sebetulnya masih banyak aplikasi dari metamaterial dengan sifat elektromagnetik yang unik. Hanya kreativitasdan imajinasi yang menjadi batasannya.

Penulis
Aunuddin Syabba Vioktalamo, mahasiswa S3 bidang fisika material optik di Tohoku University, Jepang. Kontak: aunuddin.s.v@gmail.com.

Belajar Sintesis Kimia dari Alam Sekitar

Coba perhatikan alam sekitar kita. Tuhan memang sungguh Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Semua yang kita butuhkan semua sudah tersedia di alam. Alam adalah ayat kauniyah Tuhan di mana kita bisa belajar, berpikir dan menggali segala macam ilmu. Nenek moyang kita zaman dulu sudah begitu terampilnya meracik obat-obatan dan makanan dari alam, baik melalui trial and error maupun dari ilmu turun temurun sebelumnya. Seperti halnya penemuan pinicillin, kafein, maupun penemuan logam-logam mulia. Lantas apakah manusia cukup berpangku tangan begitu saja untuk menunggu semuanya keajaiban dari Tuhan dan hanya mengambil dan mengambil? Berapa ledakan populasi dunia setiap tahunnya? Berapa kapasitas alam bisa mensupplai semua kebutuhan manusia? Apakah manusia Stagnant dan puas dengan kondisinya? Tentu saja tidak! Kehidupan senantiasa berjalan dinamis, muncullah ide-ide inovasi manusia sebagai satu-satunya makhluk Tuhan yang diberi anugrah insting kecerdasan. Revolusi dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi dan informasi sangat memegang peranan penting.

Chemistry is the creative Force!”
Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya manusia kreatif untuk membuat sesuatu yang bersifat artifisial. Berbagai Bahan alam yang diekstrak/diisolasi baik dari dunia tumbuh-tumbuhan dan binatang, mikroorganisme, sumber daya kelautan, yang biasanya mengandung senyawa kimia baru di pelajari melalui proses screening, mulai dari penentuan strukturnya, aktivitas biologis, sampai aspek farmakologinya. Proses inilah yang mendorong penemuan maupun desain obat baru. Bukan hanya senyawa bahan alam, inovasi dalam berbagai material pun tak kalah majunya. Penggunaan plastik dalam sehari-sehari sebagai contoh yang paling sederhana, mulai dari kantong plastik, botol, perabot rumah tangga sampai bahan mobil maupun pesawat terbang semua juga menggunakan inovasi material. Seperti halnya di negara-negara maju yang notabene tidak begitu kaya akan hasil alam mereka sangat giatnya mensintesis smart compounds atau molekul “cerdas”dengan melihat berbagi sampel di alam. Mulai dari pembuatan senyawa untukterapi kanker, katalis, energi terbarukan, seperti sel surya maupun inovasi fuel
cell (sel bahan bakar; dengan hidrogen sebagai bahan bakarnya), molekul untukmagnet dan sensor semua dipelajari dan bisa diproduksi. Disinilah kenapa kimiamenjadi sangat penting. Semua unsur-unsur dalam alam ini dengan berbagaimodifikasinya bisa dipelajari sifat dan kegunaannya untuk kehidupan manusia.
Sebagai contoh sederhana, coba kita amati struktur klorofil yang ada padatumbuh-tumbuhan berfungsi untuk menangkap dan mentransfer sinar mataharikemudian mengkonversi CO2 dan air menjadi karbohidrat yang sangat bergunaplus oksigen.
6CO2 + 6H2O + Energi → C6H12O6 + 6O2


Klorofil yang sebenarnya terdiri dari berbagaimacam jenis itu, ada klorofil a,b,c,d dan adajuga bakterioklorofil a-g itu secara umumterdiri dari gugus dasar porphirin (N4-yangberselang seling aromatik) berkoordinasidengan logam Mg, hanya rantai alifatik yangmengikuti saja yang membuatnya berbeda. Disini kita bisa belajar dari alam, bahwa untukmenciptakan suatu sistem yang bisamentransfer energi perlu adanya ikatanselang seling yang akan digunakan untuktransfer elektron yang berperan sebagai pembawa energi. Dari sinilah parailmuwan yang menekuni organic solar cell, polimer konduktif (polimer yang bisamenghantarkan listrik), luminescence dll. memulai ide itu.

And…
it is absolutely true that "Synthesis is the most creative thing we do inchemistry"
Bagaimana tidak? Segala yang kita pelajari di kimia pada intinya akanmengerucut pada sintesis. Kita belajar tentang pH, buffer, elektrokimia,stoikiometri, spektroskopi, dan metode-metode analisis lainnya, semua itu padadasarnya elemen-elemen penyusun dalam suksesnya suatu sintesis. Reaksi–reaksidasar dalam kimia seperti oksidasi, reduksi, Grignard, Sandmayer, dan bahkanreaksi kopling Suzuki merupakan bagian-bagian pengetahuan fundamental dalamkimia sintesis. Kalau kita ingat bahwa pemenang hadiah Nobel bidang kimiatahun 2010 ini adalah Richard F. Heck, Eichi Negishi dan Akira Suzuki tentangreaksi cross coupling yang dikatalisis oleh palladium (Pd) metal dalam kimiaorganik. Temuan ini sangat fundamental dalam reaksi kimia untuk menciptakanikatan karbon-karbon dalam sintesis organik.

Satu sisi yang khas dalam sintesis adalah seni sintesis itu sendiri, karena padadasarnya tidak hanya ada satu formulasi saja untuk sintesis suatu target molekul,melainkan banyak jalan yang bisa ditempuh. Istilah banyak jalan menuju Romamemang sangat cocok dengan falsafah sintesis. Berikut ada contoh sederhanasynthesis Vitamin C ( asam L-ascorbat) yang merupakan hasil konversi satu stepdari D-glukosa yang melibatkan proses oksidasi menggunakan asam hipoklorit(HOCl) dan menggunakan katalis cobalt oxide (Murphy et al. US Patent005998634A). Penemuan ini dikuatkan oleh Shenqing (2010) dengan langkahreaksi yang sama hanya saja menggunakan HCl dan Na2CO3 dalam metanol,dengan HOCl digenerasi secara insitu.


Metode pendekatan yang handal untuk merancang suatu sinthesis dikenal dengan"retrosintesis", di mana kita mulai dari molekul target kemudian kita coba untukmemotong menjadi bagian-bagian kecil yang mudah dikenali sebagai material awalyang tersedia baik secara komersial maupun tersedia di alam dalam jumlahmelimpah. Setiap langkah mudur tersebut dikenali sebagai proses transformasiyang kemudian dibalik nantinya menjadi langkah sintesis yang sesungguhnya.Ada dua pendekatan dalam retrosintesis ini, yaitu konvergen dan linear. Dalampendekatan konvergen dimungkinkan bisa ada lebih dari satu alternatif startingmaterial, sementara dalam pendekatan linear hanya ada satu starting material.Perhatikan skema berikut ini untuk lebih jelasnya.


Metode sintesis di atas sangat berguna untuk sintesis senyawa-senyawa yang lebih kompleks terutama senyawa baru yang hasil screening bahan alam, misalnya curacin A diperoleh dari cyanobakteri laut yang menunjukkan aktivitas antitumor. Sintesis senyawa kompleks membutuhkan planing yang bagus dan ilmu pengetahuan yang dalam tentang berbagai macam variasi reaksi. Hal ini merupakan tantangan bersama para ilmuwan untuk terus mengembangkan intelektualnya. Hal yang perlu diingat bahwa tidak semua bahan alam bisa disintesis secara total. Untuk senyawa yang sangat-sangat kompleks, telalu lama dan terlalu mahal untuk disintesis dalam skala industri. Tuhan telah banyak sekali memberi pelajaran melalui alam ciptaannya bagi manusia. Sejauh mana manusia berpikir dan bersyukur atas semua? Semakin dalam seseorang mempelajari ilmu, tentunya menjadikan dia semakin dekat dengan Pencipta-Nya.

Penulis
Witri Wahyu Lestari, mahasiswi doktor bidang kimia anorganik di Universitaet Leipzig, Jerman, juga staf dosen di UNS Solo. Kontak penulis: uwitwl@yahoo.com.

Cara Menghitung Pecundang

Ada sebuah soal matematika yang sangat sederhana, begitu pula dengan solusinya.Tetapi mungkin banyak di antara kita menjawabnya dengan sangat rumit.

Misalkan ada sebuah turnamen sepakbola antarkelas yang dilakukan dengan sistemgugur (sekali kalah langsung tersingkir). Turnamen itu diikuti oleh 25 kelas dalam satusekolah. Berapa jumlah  pertandingan dalam turnamen tersebut hingga diperolehsatu juara? (tanpa perebutan tempat ketiga dan keempat)

Biasanya, banyak di antara kita memulai pemecahan masalah dengan caramensimulasikan turnamen tersebut, salah satunya memasang-masangkan setiap timuntuk bertarung. Dalam kasus ini, ada 1 tim yang mendapat bye (tidak perlubertanding, langsung lolos ke babak selanjutnya), dan ada 24 tim yang harus bertarung,sehingga jumlah pertandingan babak pertama adalah 12 pertandingan. Kemudian dibabak kedua ada 13 tim tersisa yang komposisinya adalah 12 tim harus saling tarung(setara dengan 6 pertandingan), dan 1 tim mendapatkan bye. Sampai sini jumlahpertandingannya sudah 18 (= 12 + 6).Di babak ketiga ada 7 tim tersisa dengan komposisi 6 tim harus saling tarung (setaradengan 3 pertandingan), dan 1 tim mendapatkan bye, sehingga jumlah pertandinganmenjadi 21 (= 18 + 3). Sampai sini sudah tersisa 4 tim saja (semifinal), yang kita tahuhanya ada 2 pertandingan, sehingga jumlah pertandingan hingga babak semifinaladalah 23. Terakhir, 1 pertandingan babak final menggenapkan jumlah pertandinganmenjadi totalnya 24. Merasa capek menghitung? Coba perhatikan diagramnya…



Bagaimana kalau ada lebih banyak tim yang bertanding? Katakanlah 141 tim bertarungdengan sistem gugur, berapa jumlah total pertandingannya?

Ternyata ada solusi yang lebih mudah…

Seringkali kita terjebak pada cara berpikir yang terlalu “alami”, tidak berani melakukanterobosan. Cobalah sekarang fokus pada jumlah “pecundang” (peserta yang kalah).Kita balik bertanya:

Berapa jumlah pecundang dalam sebuah turnamen sistem gugur dengan 25 pesertasehingga ditemukan 1 juara?

Jawabnya sederhana: ada 24 tim pecundang, dan ternyata sebanyak itu pula jumlahtotal pertandingan yang harus dilakukan dalam turnamen tersebut. Dengan demikian,kita sekarang tidak perlu repot berpikir lama-lama lagi ketika ditanya berapa jumlahtotal pertandingan jika ada 141 peserta. Jawabnya adalah 140 pertandingan, karenaakan ada 140 pecundang (alias 140 kekalahan) dalam turnamen tersebut.

Buat orang-orang yang menjawab soal ini dengan cara yang pertama (diagramatik)mungkin akan bertanya pada dirinya sendiri,

Mengapa saya tidak memikirkan cara pandang yang berbeda itu sejak awal?

Penulis
Ahmad-Ridwan Tresna Nugraha, mahasiswa S3 bidang fisika teori zat padat di TohokuUniversity, Jepang. Kontak: art.nugraha@gmail.com.

FUEL CELL, Teknologi Bersih yang Menjanjikan

Sel bahan bakar (fuel cell) merupakan sel elektrokimia yang mampu mengkonversi bahan bakar (fuel) menjadi energi listrik. Sel ini dapat digunakan sebagai pembangkitlistrik skala besar, maupun skala kecil, misalnya untuk keperluan rumah tangga, atau biasa disebut dengan microCHP (micro Combined Heat and Power) yang mampu menyediakan kebutuhan listrik dan panas bagi rumah tangga. Fuel cell juga dapat digunakan dalam bidang otomotif. Bahkan Brazil telah melakukan uji coba prototype bus fuel cell pada tahun 2009, yang bahan bakarnya, yaitu hydrogen, diproduksi dari elektrolisis air pada suatu stasiun produksi gas hidrogen. Pada tahun 2003, Honda juga telah meluncurkan mobil berbahan bakar hidrogen dengan menerapkan teknologi fuel (Honda FCX). DeimlerChrysler di Eropa bahkan telah meluncurkan proyek Sarana Transportasi Kota yang bersih untuk Eropa (CUTE = Clean Urban Transport for Europa) akhir tahun 2001 berupa sejumlah bus berbahan fuel cell yang beroperasi di Amsterdam, Barcelona, Hamburg, London, Luxemburg, Madrid, dan Reykjavik (Islandia).

Berbeda dengan teknologi penghasil energi yang berbasis pembakaran, teknologi ini bersih, karena jika digunakan hidrogen sebagai bahan bakar, maka tidak akan dihasilkan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil samping produksinya. Sedangkan jika digunakan bahan bakar hidrokarbon, yang bersumber dari bahan bakar fosil, maka karbon dioksida masih akan diproduksi, tetapi dengan kuantitas yang jauh lebih rendah dibandingkan karbon dioksida yang dihasilkan oleh mesin penghasil energi yang berbasiskan teknologi pembakaran. Berkaitan dengan fleksibilitas bahan bakar yang bisa digunakan tersebut, fuel cell juga dinyatakan sebagai teknologi yang berkelanjutan, karena selain mengandalkan gas hidrogen murni sebagai bahan bakar, teknologi ini juga tetap bisa menggunakan bahan bakar fosil, seperti gas metana, butana, etanol, metanol dan sebagainya.


Prinsip dasar kerja fuel cell pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Christian Frederic Schonbein pada tahun 1838, dan dipublikasikan dalam suatu majalah ilmiah. Sketsa pertama dari fuel cell dibuat oleh Sir William Robert Grove tahun 1842 pada majalah ilmiah Philosophical Magazine and Journal of Science. Tahun 1955, seorang ahli kimia, W Thomas Grubb, yang bekerja pada Perusahaan General Electric, memodifikasi desain fuel cell dengan mengaplikasikan membran penukar ion-polistiren tersulfonasi. Tiga tahun kemudian, modifikasi dilanjutkan oleh Leonard Niedrach, dengan mendeposisikan platinum pada membran polistiren tersebut. Platinum tersebut berfungsi sebagai katalis (pemercepat reaksi) bahan bakar. Selanjutnya perusahaan General Electric bekerjasama dengan NASA dalam Proyek Gemini, yang merupakan proyek yang pertama kali mempergunakan fuel cell secara komersial.

Tahun 1959, seorang Insinyur Inggris Francis Thomas Bacon, berhasil mengembangkan fuel cell yang mampu menghasilkan daya 5 kW. Pada tahun yang sama, Harry Ihrig dan timnya mampu membuat fuel cell berdaya 15 kW. UTC Power merupakan perusahaan yang pertama kali memproduksi secara komersial fuel cell stasioner yang digunakan sebagai pembangkit energi cadangan pada rumah sakit, universitas-universitas, maupun gedung-gedung perkantoran. Sampai akhir 2009, UTC Power telah memasarkan fuel cell dengan produksi daya mencapai 400 kW. Perusahaan ini juga tetap mensuplai fuel cell untuk NASA, selain juga mengembangkannya sebagai sumber energi dalam bidang otomotif. Perusahaan ini pula yang pertama kalimendemonstrasikan fuel cell untuk otomotif, yang menggunakan membrane PEM (proton exchange membrane) yang mampu beroperasi pada kondisi beku.


Jenis-jenis fuel cell dapat dibedakan berdasarkan temperatur operasionalnya. Fuel cell yang dioperasikan pada temperatur kurang dari atau sampai 200 oC, contohnya yaitu PEMFC (proton exchange membrane fuel cell) dan DMFC (Direct methanol fuel cell). Kedua jenis fuel cell tersebut sudah dalam tahap komersial, tetapi risetnya masih berlanjut sampai sekarang dalam rangka meningkatkan efisiensinya. Fuel cell yang dioperasikan pada temperatur sedang, yaitu antara 600 oC – 800 oC, contohnya adalah MCFC (molten carbonate fuel cell) yang mampu menghasilkan daya sampai 100 MW dan DCFC (Direct Carbon Fuel Cell). Meskipun kedua jenis ini sudah sampai pada tahap komersial, risetnya juga tetap berlangsung dalam rangka peningkatan efisiensinya. Sedangkan fuel cell yang dioperasikan pada temperatur tinggi yaitu antara 850 oC – 1100 oC, adalah SOFC (solid oxide fuel cell). Kelebihan dari SOFC ini adalah tidak diperlukan keberadaan katalis dalam sistemnya, sehingga biaya produksinya dapat diturunkan, karena katalis merupakan material yang cukup mahal serta mudah teracuni oleh hasil samping reaksi dalam sel, yaitu karbon monoksida atau teracuni oleh kandungan sulfur dalam bahan bakarnya.

Salah satu jenis fuel cell yang cukup menarik adalah fuel cell yang menggunakan bakteri sebagai katalis. Tepatnya, menggunakan enzim dari bakteri tersebut sebagai katalis, dikarenakan enzim dari bakteri mikroba tersebut bersifat aktif secara elektrokimia, yaitu mampu mentransfer elektron-elektron ke material lain. Pada fuelcell jenis ini, yang biasa disebut dengan microbial fuel cell, bahan bakar dioksidasi oleh mikroorganisme di anoda, menghasilkan elektron-elektron dan proton-proton. Elektron-elektron ditransfer ke katoda melalui sirkuit eksternal, sedangkan protonproton ditransfer ke katoda melalui separator membran.

Perkembangan teknologi yang menghasilkan sumber energi yang bersih dan dapat diperbarui sangat diperlukan saat ini, dengan tujuan utama mengurangi pelepasan karbon dioksida ke dalam atmosfir bumi yang berkontribusi besar pada pemanasan global. Bahkan, pemerintah Indonesia telah menjadikan hal tersebut sebagai salah satukebijakannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI tahun 2006. Dalam PP tersebut ditetapkan bahwa 5% dari konsumsi energi nasional harus merupakan sumber energi baru. Dewan riset nasional, pada tahun 2006 juga sudah mencanangkan bahwa pada tahun 2025, sel bahan bakar dengan kapasitas 250 MW harus sudah dikembangkan. Dengan perkembangan pesat riset-riset fuel cell di luar negeri, bahkan teknologi ini telah memasuki tahap komersial di negara-negara maju tersebut, terutama dalam bidang otomotif. Kita berharap bangsa Indonesia mampu secara mandiri mengembangkan teknologi ini sehingga tidak hanya menjadi pangsa pasar bagi produk-produk fuel cell dari Negara lain.

Saat ini para peneliti yang tergabung dalam konsorsium Fuel Cell Indonesia (FCI) telah menghasilkan prototype skala laboratorium pembangkit listrik tenaga (PLT) Fuel Cell dengan kapasitas 500 watt untuk pemakaian di rumah tangga. Penelitian-penelitian pembuatan komponen-komponen fuel cell telah dilakukan secara parsial di berbagai lembaga penelitian seperti LIPI, BPPT, Batan, ITB, UI, Lemigas maupun PLN. Selanjutnya, prototype PLT fuel cell tersebut akan dikembangkan untuk skala industri. Cetak biru produksi PLT fuel cell telah dibuat oleh konsorsium FCI dan telah ada industri yang tertarik untuk memproduksinya, yaitu Medco Energy. Dengan bantuan kebijakan dari pemerintah baik berupa pemberian insentif maupun keringanan pajak, diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan pembangkitan PLT fuel cell tersebut sehingga mampu bersaing dengan pembangkit listrik konvensional yang telah ada.

Pengembangan selanjutnya adalah meningkatkan kandungan lokal dalam PLT fuel cell, antara lain pada bahan baku polimer dan oksida padat yang digunakan. Sedangkan gas hidrogen, sebagai bahan bakar fuel cell, keberadaannya melimpah di Indonesia. Dari PLTU Suralaya saja, gas hidrogen dihasilkan sebagai produk samping sebanyak 150 ton per hari, sedangkan yang dimanfaatkan kembali untuk pembangkitnya hanya 20 ton per hari. Dengan ketersediaan bahan bakar, bahan baku komponen fuel cell, serta para peneliti yang kompeten, maka selayaknyalah bangsa Indonesia menyandarkan harapan pada kelompok-kelompok riset di bidang fuel cell tersebut, baik yang berasal dari universitas-universitas, maupun lembaga-lembaga penelitian di Indonesia untuk mampu mengembangkan teknologi fuel cell sebagai pembangkit energi yang bersih, secara mandiri.

Penulis
Fitria Rahmawati, Mahasiswa doktoral di Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik Institut Teknologi Bandung (ITB), juga dosen di jurusan kimia, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Solo. Kontak: fi_rahmawati@yahoo.com.